Rabu, 12 Januari 2011

Belajar Bahasa Jawa

Oleh : Faozi Latif

Siswa yang setiap hari berbahasa jawa belajar bahasa jawa itu biasa. Tapi siswa yang setiap hari berbahasa sunda belajar bahasa jawa itu baru berita.
Seperti yang sudah diketahui, Cilacap Wilayah Barat mulai dari Kecamatan Karangpucung sampai ke perbatasan Jawa Barat, mempunyai keragaman bahasa. Sebagian menggunakan Bahasa Jawa dan sebagian lain berbahasa sunda. Bahkan di daerah tertentu prosentasenya sampai berimbang bahkan ada yang mayoritas sunda. Kecamatan Karangpucung termasuk yang mempunyai problem seperti ini. Secara geografis memang masuk wilayah Jawa Tengah, tetapi problem bahasa seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan gegabah. Mengajarkan Bahasa Jawa kepada siswa yang setiap hari berbahasa jawa saja kadang sulit, apalagi mengajarkannya kepada yang tidak biasa berbahasa jawa.
Hampir setiap sekolah mempunyai pelajaran mulok (muatan lokal) tersendiri. Dia merupakan ciri khas yang berbeda dengan sekolah lainnya. Pelajaran ini sifatnya adalah pelajaran tambahan dengan kurikulum sendiri. Karena itu sangat dimungkinkan untuk muatan mulok masing-masing sekolah berbeda-beda. Tetapi bukan tidak mungkin pelajaran muatan lokal banyak yang sama antar sekolah.
Di antara pelajaran yang biasanya dijadikan muatan lokal adalah pelajaran Bahasa Jawa. Secara umum di wilayan Jawa Tengah tentu itu tidak begitu bermasalah. Tetapi hal itu menjadi lain ketika pelajaran ini diterapkan di daerah Cilacap Wilayah Barat.

Solusi
Ada beberapa hal yang mungkin bisa disiasati untuk mengatasi masalah ini. Pertama, memberikan wawasan dan kesadaran kepada siswa bahwa pelajaran Bahasa Jawa bukanlah pelajaran yang tidak penting. Terkadang siswa meremehkan pelajaran tersebut karena menganggap Bahasa Jawa hanya pelajaran muatan lokal. Di samping itu perang budaya yang sangat dahsyat melalui media masa, elektronik dan internet, menjadikan remaja kita merasa tidak percaya diri berbahasa jawa. Mungkin di antara mereka ada yang sampai menganggap Bahasa Jawa hanya cocok untuk jaman orang tua mereka.
Kedua, memperbanyak siswa praktek baik lisan maupun tulisan. Praktek lisan mungkin bisa dilakukan dengan membuat dialog-dialog ringan yang dihapal oleh siswa. Sedangkan praktek tulisan adalah dengan membuat teks-teks berbahasa jawa. Atau juga menerjemahkan teks Bahasa Jawa ke dalam Bahasa Indonesia. Lebih jauh guru bisa memberikan tugas mingguan seperti menerjemahkan salah satu kolom berbahasa jawa di Suara Merdeka dan kemudian dinilai. Hal itu disamping membiasakan siswa berbahasa jawa, siswa juga akan berfikir bahwa Bahasa Jawa bukanlah bahasa kuno yang ada di kitab-kitab klasik. Tetapi Bahasa Jawa juga sudah masuk kolom di surat kabar yang terkenal. Dengan anggapan itu, dengan sendirinya semangat mereka akan mulai terbangun.
* Guru SMK Muhammadiyah Karangpucung Cilacap

Tidak ada komentar:

Posting Komentar